Suara Demokrasi
Dalam sistem demokrasi, suara pemerintah bukanlah satu-satunya suara yang bisa didengar rakyat. Ada banyak suara lain yang berdegung di telinga yang bahkan mengalahkan nyaring suara pemerintah.
Untuk bisa didengar dan dipercaya, suara pemerintah tidak hanya bisa sekadar dibunyikan dengan nyaring. Dibutuhkan bukti-bukti dan logika yang kuat di balik suara tersebut.
Begitulah yang terjadi ketika seorang teroris terkapar di sebuah rumah terpencil di Temanggung dengan tubuh penuh peluru dan kepala terbelah. Pihak Polri yakin bahwa teroris itu adalah Noordin M Top, sekalipun belum mengumumkan secara resmi.
Tetapi suara-suara yang meragukan bahwa teroris tersebut Noordin M Top tampaknya lebih nyaring terdengar.
Suara-suara yang meragukan kebenaran cerita pihak Polri tersebut sejauh ini tidak hanya dilandasi spekulasi teoritis mengenai kebiasaan Noordin M Top. Tidak mungkin biang teroris tersebut dibiarkan sendiri di dalam rumah tanpa pengawalan. Selain itu biasanya Noordin M Top melengkapi tubuhnya dengan rompi bom bunuh diri yang pasti akan meledak jika terdesak.
Seorang pengamat militer yang dekat dengan pihak Densus 88 bahkan mengaku sudah melihat foto korban dan menyebutkan tidak mirip dengan sosok Noordin M Top sebagaimana dalam foto yang disebar aparat kepolisian di berbagai kota sebulan terakhir.
Jaringan TV Al Jazeera bahkan memberitakan sidik jari mayat teroris Temanggung bukan milik Noordin.
Sialnya lagi, suara-suara yang meragukan bahwa teroris Temanggung yang mati di kamar mandi tersebut adalah Noordin, bukan berasal dari sembarang orang. Ada yang berasal dari mantan rekannya ketika masih di jaringan Jamaah Islamiyah. Juga mantan Kepala Badan Intelejen Nasional (BIN) dan seorang pengamat asing yang menyibukkan diri meneliti jaringan Jamaah Islamiyah selama bertahun-tahun.
Bahkan ada yang berpendapat lebih ekstrem bahwa Noordin M Top hanyalah rekaan polisi semata-mata seperti diutarakan seorang mantan Kepala Bakin (sebelum berubah menjadi BIN). Menurut dia Noordin M Top hanya sosok yang digunakan pihak asing untuk menjelek-jelekan Islam.
Pendek kata keyakinan Polri tengah dikepung secara ketat oleh tokoh-tokoh di atas.
Satu-satunya cara untuk keluar dari kepungan di atas adalah dengan memaparkan hasil uji DNA korban. Dan pemaparan tersebut harus se-transparan mungkin. Jika tidak maka suara-suara yang meragukan sosok Noordin tidak akan bisa dibungkam, bahkan akan semakin menggila.
Seandainyapun hasil uji DNA menyebutkan teroris Temanggung bukan Noordin M Top, tak sedikitpun meluntur kebanggaan rakyat akan kerja Densus 88.
Mereka hanya perlu sedikit waktu lagi untuk menangkap Noordin asli untuk selanjutnya menangkap gembong teroris lainnya macam Umar Patek dan Dulmatin.
Senin, 10 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar