PATROLI POST

Kabar Terbaru dari Bali

Minggu, 09 Agustus 2009

Noordin Not Dead

Noordin Not Dead

Noordin not dead. Demikian judul berita dalam situs harian terbitan Australia, Sydney Morning Herald. Mengutip pendapat Sidney Jones dari LSM Interational Crisis Group yang banyak melakukan penelitian tentang jaringan teroris Jamaah Islamiyah.
Sesaat setelah penyergapan di Temanggung, hampir semua surat koran utama dunia seperti The New York Time, Daily Telegraph dan Sydney Morning Herald memberitakan tewasnya Noordin M Top.
Tetapi belakangan Sydney Herald Morning memilih untuk tidak percaya bahwa gembong teroris yang paling dicari di Indonesia itu telah tewas. The New York Times dalam situsnya juga memberitakan keraguan yang sama.
Jaringan Televisi yang bermarkas di Qatar, Al Jazeera yang ketika pengepungan tengah berlangsung me-release berita bahwa Noordin telah ditangkap pihak Densus 88, bahkan lebih berani lagi dengan mengutip pendapat Rohan Gunaratna, Kepala Centre for Violence and Terorism yang berkedudukan di Singapura, yang menyatakan bahwa tes DNA terhadap mayat teroris Temanggung menunjukkan orang tersebut bukan Noordin M Top.
Dengan demikian bukan hanya media dalam negeri yang meributkan keragu-raguan mengenai identitas teroris yang tewas di rumah milik Djuhri (ada yang menyebut Muhzahri, Muh. Djahri atau Mohzahri) di Desa Kedu, Temanggung.
Ketidakpercayaan bahwa sosok yang tewas di Temanggung adalah Noordin M Top telah menjadi pendapat umum. Pendapat umum tersebut sedikit banyak diperkuat oleh keyakinan Dynno Chressbon, pengamat intelijen yang telah melihat foto jenazah teroris itu dimana dagunya lebih lonjong dibandingkan dengan sketsa wajah Noordin yang disebar polisi. Foto mayat teroris Temanggung yang kepalanya terbelah itu, kini beredar luas di internet, sekalipun diduga foto tersebut palsu.
Media nyaris tidak pernah mengutip pendapat yang meyakini bahwa Noordin telah mati. Bisa jadi karena memang tidak ada sumber berita yang meyakini tewasnya Noordin M Top. Bahkan mantan Kepala Badan Intelejen Nasional (BIN) Hendropriyono yang awalnya yakin bahwa teroris yang tewas di Temanggung adalah Noordin berubah pikiran karena menurutnya tidak mungkin gembong teroris itu berada sendirian tanpa pengawalan sekalipun di dalam rumah.
Kontroversi mayat Noordin M Top ini tentu bukan tanggungjawab pihak Polri mengingat lembaga tersebut belum memastikan bahwa yang terbunuh di Temanggung itu adalah Noordin. Hasil uji DNA masih harus ditunggu beberapa hari ke depan.
Apapun hasilnya, kerja aparat Densus 88 Polri harus dihargai. ‘Kehebatan’ Densus 88 sebagai kesatuan anti terror hanya sebagian kecil ditentukan oleh keberhasilan menangkap Noordin M Top. Usaha keras dan tak kenal lelah dengan menerapkan penyidikan secara brilian untuk membongkar plot rencana teror merupakan bentuk kehebatan Densus 88 yang sesungguhnya. Akan halnya soal Noordin M Top, jika memang teroris Malaysia ini belum mati, penangkapannya hanya soal waktu. Tidak ada kejahatan yang sempurna. Suatu saat Noordin akan melakukan kesalahan yang membuat dirinya tertangkap, hidup atau mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar