Wanta adalah perempuan muda asal Kamboja yang sebagian hidupnya habis oleh pengalaman mengerikan. Terjebak dalam perdagangan perempuan lintas negara, Wanta berakhir dalam ikatan kerja seks di Malaysia. Dan kita tahu ikatan kerja seperti itu tak ubahnya perbudakan.
Perempuan muda itu kini memang telah kembali ke tempat asalnya, Kota Pnom Penh di Kamboja. Tetapi hidupnya tak akan pernah kembali seperti sedia kala. Wanta terjangkit HIV dan sisa hidupnya harus dihabiskan berkumpul dengan para perempuan korban perdagangan perempuan yang beruntung kembali dalam keadaan hidup. Mereka semua adalah penderita HIV/AIDS yang keluhannya tak pernah terdengar atau didengar.
Derita korban perdagangan perempuan memang bukan hanya milik para perempuan Kamboja. Banyak perempuan Indonesia mengalami nasib yang sama. Misalnya saja Rina. Perempuan ini adalah korban perdagangan perempuan yang kemudian terdampar di Myanmar. Selain Rina masih ada Nitha yang mengalami kekerasan seksual ketika bekerja di Timur Tengah.
Ketiga perempuan tersebut, bersama-sama dengan 20 perempuan lainnya dari seluruh Asia Tenggara akan menceritakan pengalaman pahit mereka dalam South East Asia (SEA) Court of Women on HIV and Human Trafficking : from Vulnerability to free, Just and Safe Movement yang berlangsung hari ini di Bali.
Acara testimoni para perempuan korban perdagangan perempuan ini merupakan bagian dari International Congress on AIDS in Asia and Pacific (ICAAP9).
Tentu saja testimoni ini tidak hanya akan selesai sebatas pemaparan kisah memilukan para korban. Bahkan disebutkan, testimoni tersebut sesungguhnya adalah pengadilan tempat para korban mencari keadilan. Nantinya akan ditunjuk beberapa juri yang akan menilai keabsahan keterangan para korban sekaligus mencari cara agar mereka bisa mendapatkan keadilan.
Masalah perdagangan perempuan lintas negara merupakan masalah akut bagi negara-negara yang ada di kawasan Asia-Pasifik. Sepertiga kasus perdagangan wanita di dunia terjadi di kawasan ini.
Negara-negara di Asia Pasifik adalah sumber, tempat transit sekaligus daerah tujuan dari perdagangan perempuan.
Banyak hal yang menyebabkan seorang perempuan terjangkit HIV. Tetapi dalam hal mereka yang terjangkit karena terjebak dalam perbudakan seks, kasusnya teramat sangat pedih.
Barangkali karena aspek tragis yang memilukan tersebut maka kasus ditangani secara khusus oleh PBB.
Benang merah yang dapat ditarik dari testimoni para perempuan malang di atas adalah bahwa suara mereka tidak hanya mewakili diri mereka sendiri, melainkan mewakili jutaan perempuan bernasib sama tetapi tak punya kesempatan menyuarakan penderitaannya.
Para perempuan itu terpaksa harus menjalani hidup di sudut gelap dunia tanpa bisa dilihat dan didengar penderitaannya.
Rabu, 05 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar